FPII Ingatkan Aksi Mahasiswa Tak Di Tunggangi & Koperatif Dengan Aparat

POLITIK

Jakarta, Kamis 21 April 2022 sejumlah aktivis mahasiswa lintas kampus antara lain Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) yang tergabung dalam aliansi mahasiswa Indonesia (AMI) kembali akan menggelar aksi besar di Jakarta. Titik aksi menurut rencana akan terpusat di sekitar kawasan Istana Negara. Hal ini telah di konfirmasi oleh aparat Polda Metro Jaya tentang detail rencana aksi untuk rekayasa lalu lintas nantinya.

Tuntutan aksinya masih sama seperti pada aksi 11 April seperti menolak penundaan Pemilu, menolak perpanjangan masa jabatan Presiden, tolak kenaikan BBM dan turunkan harga-harga barang.

Menanggapi hal ini Natsir Al – Walid Sekretaris Jenderal Front Pemuda Islam Indonesia (FPII) mengatakan, aksi elemen mahasiswa pada 21 April ini diharapkan untuk tidak terjadi kerusuhan dan anarkis.

“Teman-teman mahasiswa jangan sampai di tunggangi oleh kelompok kepentingan yang anti pemerintah yang memiliki motif politik tertentu. Ini harus di waspadai kawan-kawan mahasiswa yang turun ke jalan”, ujar Natsir dalam keteranganmya di Jakarta, Kamis (21/4/2022).

Lanjut Natsir, agar aksi mahasiswa berlangsung damai dan kondusif, tentu harus koorperatif dengan aparat kepolisian yang mengamankan aksi demontrasi yang berlangsung. Sejauh ini, pengamanan aksi demonstrasi yang dilakukan oleh pihak kepolisian sudah cukup baik dengan pendekatan humanis.

“Kehadiran langsung Kapolri Jenderal Sigit Prabowo dan berorasi di depan mahasiswa di gedung DPR memberikan warna dan perspektif baru Polri yang humanis dalam penanganan aksi mahasiswa. Kerja sama apik antara mahasiswa dan aparat dalam aksi kali perlu di pertahankan dalam aksi kali ini”, tegas Natsir.

Menurut Natsir, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh teman-teman mahasiswa dalam menyampaikan aspirasinya. Pertama adalah memastikan tuntutannya terarah dan fokus. Kedua, memastikan aksinya tidak ditunggangi dan dimanfaatkan. Ketiga adalah tidak melakukan anarkisme dan menghindari kericuhan.

“Jadi cukuplah yang lalu-lalu menjadi pelajaran kita bersama. Bahwa aksi demonstrasi yang kerap di identikan dengan dinamika anarkisme itu harus dihentikan. Aksi demonstrasi yang dijamin oleh konstitusi mesti berlangsung secara damai. Jadi gak ada riak-riak yang mendistorsi aspirasi”, pungkas mahasiwa program Doktoral filsafat ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *